Keledai kesayangan Nasiruddin Hoja hilang dari gedogan ( tempatnya ). Ia tak tahu, apakah keledai sengaja dicuri orang atau mbedal sendiri lepas dari kandang. Telah kesana kemari Nasiruddin mencari keledai tercinta, namun sampai sekian hari belum juga ditemukannya. Di tengah kegundahannya, Nasiruddin lantas bersumpah bila berhasil menemukan keledainya, ia akan menjual dengan harga satu dirham saja. Tak dinyana tak dikira, setelah nazar diucapkan, esok harinya sang keledai berhasil ditemukan. Namun, janji, sumpah dan nazar adalah hutang dan oleh karenanya harus dilakukan alias dibayarkan. "Aku wajib menjalankan nazarku," demikian pikir Nasiruddin kala itu.
Ia pun bersegera ke belakang rumah. Tak lama berselang ia muncul lagi, dengan tangan menenteng kucing dan tali. Berikutnya, Nasiruddin mengikat ekor keledai dengan kucing tadi. Apa gerangan yang terbersit di pikirannya? Ternyata, Nasiruddin hendak memakai akal bulusnya, menjual kucing dan keledai dalam satu paket bersama. Ia lalu membawa kedua hewan piaraannya ke pasar.
Sampai di tempat pelelangan hewan Nasiruddin langsung berteria - teriak menawarkan, "Ayo, kemari, saudara - saudara! Aku punya kabar gembira bagi kalian semua," ia memulai obralannya, "Siapa diantara kalian mau membeli seekorkeledai seharga satu dirham dan seekor kucing seharga sepuluh dirham? Tapi kalian harus membeli keduanya sekaligus."
Tentu saja tak seorangpun yang mau membeli, karena paket keledai - kucing terlalu mahal harganya. Setelah capek teriak - teriak melelang dagangannya, dan tak lalu sampai sore harinya, Nasiruddin segera pulang dengan membawa balik dua hewan dagangannya. Kendati tak laku, ia justru tak kelihatan masygul apalagi lesu. Ia malah pulang dengan penuh keriangan, sebab meski keledai tak laku tapi nazar telah berusaha dilakukan sebatas kemampuan. Melalui akal bulus bin kadal kadalan, ia berharap kewajiban nazarnya telah terhapuskan, sebab dalam kenyataan ia telah berusaha menjalankan.
Mutiara Makna Kisah Jenaka :
Nazar merupakan amalan baik dalam Islam. Melalui nazar seseorang mengharap kebajikan dan atau keberkahan dari Tuhan segera dilimpahkan. Hanya dengan usaha dan doa saja, Allah akan mewujudkan sebuah kebaikan, apalagi bila si pelaku menambah niat kebaikan, niscaya Allah akan lebih bersegera mengabulkan. Itulah logika melakukan sebuah nazar, yakni untuk menyegerakan karunia diberikan. Misalkan, seorang murid bernazar : Insya Allah saya akan berpuasa 3 hari lamanya, bila lulus dengan nilai prima. Melalui nazarnya, tentu tetap ditambah usaha dan doa, insya Allah tujuan dan harapan dapat segera dikabulkan-Nya. Namun, orang yang melakukan nazar kebaikan pada hakikatnya orang yang pelit. Sebab hanya untuk melakukan sebuah kebaikan perlu dibei persyaratan.
0 komentar:
Posting Komentar